Senin, 19 November 2012

KERAJINAN TANGAN KHAS ACEH




Kerajinan Anyaman Pandan Khas Aceh



Seuke (dalam bahasa Aceh) disebut juga dengan daun pandan adalah bahan baku yang sering digunakan dalam membuat kerajinan anyaman. Dahulu, anyaman pandan ini hanya digunakan untuk membuat tikar saja, namun kini berbagai macam barang dapat dihasilkan dari anyaman pandan ini antara lain, aneka tas, sandal, sarung bantal kursi dan lain sebagainya. Anyaman pandan ini banyak ditemui di Kabupaten PidieKabupaten Pidie Jaya dan kabupaten Aceh Utara. Sekarang ini banyak lembaga sosial maupun dinas pemerintah lokal yang peduli akan prospek usaha kerajinan anyaman pandan ini sehingga banyak melakukan pelatihan bagi pengrajin/ masyarakat lokal mengenai model maupun jenis yang bisa dibuat dari anyaman pandan.
Proses Pembuatan Anyaman Pandanbahan baku anyaman pandan adalah daun pandan yang panjangnya mencapai 2 (dua) meter. Daun pandan disayat atau dibelah-belah menurut alur memanjang setelah dibersihkan terlebih dahulu. Daun pandan ini diebus dalam air panas agar menjadi lunak, serta untuk mematikan hama, kemudian diangkat dan dikeringkan dengan menjemurnya pada panas matahari. Setelah kering, diberi warna sesuai keinginan dengan mencelupkannya kedalam zat cairan zat pewarna yang telah dimasak dengan air panas,lalu diaduk hingga rata. Setelah warna merata, lalu diangkat dan dijemur lagi hingga kering. Setelah kering, maka pandan ini siap untuk dianyam. Bahan baku yang telah siap pakai ini dianyam sesuai denga kebutuhan, baik dengan motif yang diinginkan maupun dalam bentuk polos.

KERAJINAN TANGAN KHAS ACEH


Menulusuri Kerajinan Tangan Khas Aceh Melalui Kasab Aceh




Kasab atau kerajinan benang emas dikenal secara luas sebagai sulaman khas tradisional dari Aceh yang dibuat diatas kain beludru. Ukiran Kasab terdiri dari banyak motif yang pada umumnya berbentuk flora yang disulam dengan rapi bahkan dihiasi dengan manik-manik berwarna emas. Bagi masyarakat tradisional aceh penggunaan kasab sama halnya dengan penggunaan rencong, jenis kasab bisa mewakili derajat atau menjadi parameter status sosial, misalnya bagi raja dan rakyat umum bentuk dan coraknya akan sedikit berbeda dari segi warna dan unsurnya. tapi sekarang perbedaan itu sudah tidak terlalu dipermasalahkan dan bahkan disetarakan.
       Warna yang terkandung pada kasab terdiri dari 4 warna khusus, seperti pada tiree atau tirai misalnya membentang beludu polos secara vertikal antara warna kuning, merah, hujau dan hitam. Ke empat warna tersebut mewakili status sosial masyarakat tradisional aceh mulai dari kuning melambangkan raja, merah sebagai hulubalang atau panglima, hijau sebagai ulama sementara hitam sebagai rakyat jelata.

         Berdasarkan fungsinya kasab terdiri dari beberapa bagian, yaitu pelaminan, pinto geurubang, bhi, Ayu-ayu, Seuradi, Dalansi, Tilam Duek, Mereuecu, tiang pelaminan, tirai, aneuk tirai, langet-langet, Mata langet, Mata Kasur, dan kipas. Setiap bagian kasab mengandung corak yang berbeda-beda. Proses pembuatan satu bagian kasab biasanya menghabiskan waktu berbulan-bulan karena perlu ketelitian dan konsentrasi serta kesabaran untuk menghasilkan sulaman kasab yang sempurna.

KERAJINAN TANGAN KHAS ACEH




Mengenal Masyarakat Gayo Melalui Karawang Gayo 




Kerawang Gayo merupakan sebuah simbol kemegahan masyarakat Gayo. Agama, adat istiadat, kehidupan, sosial dan budaya. Masyarakat Gayo tetap menjaga kelestarian kerawang Gayo. Walau saat ini nyaris tidak ada pengembangan secara khusus, kecuali hanya dari sebagian masyarakat yang peduli. Kerawang Gayo merupakan sebuah simbol kemegahan masyarakat Gayo. Agama, adat istiadat, kehidupan, sosial dan budaya. Masyarakat Gayo tetap menjaga kelestarian kerawang Gayo. Walau saat ini nyaris tidak ada pengembangan secara khusus, kecuali hanya dari sebagian masyarakat yang peduli.
Kerawang awalnya adalah ukiran pada rumah Adat Gayo "Pitu Ruang", yang kemudian motifnya diadopsi kedalam barang-barang kerajinan khas Gayo. Bordir Kerawang memiliki corak yang khas, dimana mempunyai makna filosofi yang dalam dari setiap ukiran dan bentuknya. Bordir Kerawang Gayo ini sering dipakai untuk hiasan dinding, alas meja, motif pakaian , tas dan lain sebagainya. Motif Kerawang Gayo tidak hanya diminati masyarakat lokal saja, namun daerah Aceh lainnya juga banyak mencari motif ini. Bahkan wisatawan dari luar daerah Aceh juga menyukai kerajinan yang menggunakan Kerawang Gayo ini.
Kerawang Gayo memiliki corak yang khas, dimana mempunyai makna filosofi yang dalam dari setiap ukiran dan bentuknya. Kerawang Gayo selalu dipakai saat mengadakan kegiatan, seperti pernikahan, sunatan, hingga acara-acara resmi pemerintah. Bahkan, sering dijadikan cinderamata bagi para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Bentuk-bentuk asli kerawang gayo, begitu banyak dan berbeda dari satu wilayah dengan wilayah lainnya. namun tetap pada satu bagian utama. Beberapa corak ini mengidentifikasikan keberagaman kerawang gayo itu sendiri.
Saat ini, kerawang Gayo juga telah mengalami perubahan corak karena pengembangan. Masyarakat tidak lagi ingin kerawang gayo yang kaku, melainkan lebih dinamis dan menarik.

KERAJINAN TANGAN KHAS ACEH





Bros Rencong Aceh





Rencong (Reuncong) adalah senjata tradisional dari Aceh. Rencong selain simbol kebesaran para bangsawan, merupakan lambang keberanian para pejuang dan rakyat Aceh di masa perjuangan. Keberadaan rencong sebagai simbol keberanian dan kepahlawanan masyarakat Aceh terlihat bahwa hampir setiap pejuang Aceh, membekali dirinya dengan rencong sebagai alat pertahanan diri. Namun sekarang, setelah tak lagi lazim digunakan sebagai alat pertahanan diri, rencong berubah fungsi menjadi barang kerajinan tangan khas aceh( cinderamata) yang dapat ditemukan hampir di semua toko kerajinan khas Aceh.
Bentuk bros rencong berbentuk kalimat bismillah, gagangnya yang melekuk kemudian menebal pada sikunya merupakan aksara Arab Ba, bujuran gagangnya merupaka aksara Sin, bentuk lancip yang menurun kebawah pada pangkal besi dekat dengan gagangnya merupakan aksara Mim, lajur besi dari pangkal gagang hingga dekat ujungnya merupakan aksara Lam, ujung yang meruncing dengan dataran sebelah atas mendatar dan bagian bawah yang sedikit keatas merupakan aksara Ha.Rangkain dari aksara Ba, Sin, Lam, dan Ha itulah yang mewujudkan kalimat Bismillah. Jadi pandai besi yang pertama kali membuat rencong, selain pandai maqrifat besi juga memiliki ilmu kaligrafi yang tinggi. Oleh karena itu , rencong tidak digunakan untuk hal-hal kecil yang tidak penting, apalagi untuk berbuat keji, tetapi rencong hanya digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan berperang di jalan Allah.
Bros Rencong biasanya dibuat dari besi-besi pilihan, yang di padu dengan logam emas, perak, tembaga, timah . Gagang rencong ada yang berbentuk lurus dan ada pula yang melengkung keatas. Akan tetapi ada juga yang dibuat dari kayu yang diukir indah dengan khas aceh berupa ukiran-ukiran berbentuk daun-daunan kecil yang berliku-liku.

KERAJINAN TANGAN KHAS ACEH




Uniknya Motif Batik Aceh



 Selama ini batik yang kita kenal hanya lekat berasal dari daerah-daerah di Pulau Jawa. Tapi daerah Aceh juga memiliki kerajinan tradisional yang satu ini. Daerah yang dikenal dengan sebutan serambi Mekah ini memiliki motif serta corak yang berbeda dan khas.
Batik Aceh mengeluarkan warna-warna yang cenderung berani, merah, hijau, kuning, merah muda. Salah satu kerajinan khas aceh ini biasanya  memiliki motif batik Aceh yang tertera pada kain melambangkan falsafah hidup masyarakatnya. Motif pintu misalnya, menunjukkan ukuran tingi pintu yang rendah. Motif tolak angin menjadi perlambang banyaknya ventilasi udara di setiap rumah adat, motif ini mengandung arti bahwa masyarakat Aceh cenderung mudah menerima perbedaan. Motif bunga jeumpa-bunga kantil, diambil karena banyak terdapat di aceh. Kuatnya pengaruh islam juga turut mewarnai motif-motif batik diantaranya ragam hias berbentuk sulur, melingkar, dan garis.
Batik Aceh memiliki motif yang menggunakan unsur alam dan budaya sebagai perpaduannya. Perpaduan warna yang cukup berani yakni merah, hijau, kuning serta merah muda menjadi ciri tersendiri pada batik Aceh. Tidak hanya itu, motif yang digunakan pada batik Aceh juga mengandung makna falsafah hidup masyarakat Aceh.
Motif lain yang menjadi ciri khas utama pada masyarakat Aceh adalah motif bunga Jeumpa yang memang menjadi simbol serta bunga khas yang berasal dari Aceh. Ada pula motif khas lain seperti Rencong, Awan berarak, dan motif gayo. Selain itu pengaruh agama Islam yang menjadi mayoritas di Aceh juga tercermin dari berbagai ragam hias seperti sulur, melingkar serta garis.
Batik Aceh memang memiliki keunikan tersendiri. Kesan indah dan glamor langsung terpancar dari batik khas Aceh ini. Motif yang khas menjadikan batik ini memiliki ciri serta daya tarik sendiri dibandingkan dengan batik pada umumnya.
Sebagai salah satu seni budaya Indonesia, batik Aceh terus dipopulerkan ke beragam wilayah nusantara bahkan dunia. Batik Aceh juga bukan sekedar batik dengan segala keindahan yang mengirinya. Di dalamnya terdapat makna falsafah kehidupan yang menjadi kearifan lokal dan pedoman hidup masyarakat Aceh.